Banyak bisnis atau proyek diawali dengan semangat tinggi dan rencana yang tampak rapi. Tapi begitu masuk ke tahap implementasi, semuanya mulai goyah. Salah satu penyebab paling umum? Studi kelayakan yang disusun setengah matang.

Sering kali, dokumen ini dibuat hanya sebagai formalitas—untuk pengajuan pinjaman, investor, atau tugas akademik. Padahal, studi kelayakan adalah alat utama untuk mengukur risiko, peluang, dan arah strategis sebelum uang besar mulai digelontorkan.


⚠️ 1. Banyak Asumsi, Minim Data

Kalau studi kelayakan Anda dipenuhi kata-kata seperti “diasumsikan”, “kemungkinan besar”, atau “diperkirakan tanpa rujukan”, itu tanda besar Anda belum siap. Studi kelayakan yang solid harus berbasis data: survei pasar, riset kompetitor, tren industri, dan proyeksi realistis.

Solusi: Libatkan pihak ketiga atau gunakan jasa riset pasar yang bisa membantu mengumpulkan dan mengolah data dengan benar.


⚠️ 2. Analisis Keuangan Hanya Mengira-ngira

Aspek keuangan adalah jantung dari studi kelayakan. Tapi sering kali, orang hanya memasukkan tabel proyeksi penjualan dan laba secara asal. Tidak ada:

  • Proyeksi arus kas realistis
  • Analisis break even point (BEP)
  • Penghitungan biaya operasional detail
  • Skema pendanaan dan ROI

Solusi: Gunakan template studi kelayakan profesional, atau minta bantuan dari konsultan bisnis yang paham cara menghitung risiko finansial jangka pendek dan panjang.


⚠️ 3. Tidak Ada Simulasi Risiko

Studi kelayakan bukan hanya soal “kalau semuanya berjalan lancar”. Harus ada skenario worst case—bagaimana jika penjualan melambat? Bagaimana jika biaya bahan baku naik? Kalau tidak ada bagian ini, maka isinya terlalu optimis dan berpotensi menyesatkan.

Solusi: Tambahkan simulasi risiko dan strategi mitigasi. Ini juga jadi nilai tambah saat meyakinkan investor.


⚠️ 4. Target Pasar Tidak Spesifik

Kalimat seperti “target pasar kami adalah semua kalangan” adalah sinyal bahwa riset pasar belum dilakukan dengan benar. Semakin spesifik segmen yang dituju, semakin besar peluang Anda untuk menciptakan produk/jasa yang sesuai.

Solusi: Gunakan jasa sebar kuesioner untuk menguji minat pasar sejak awal. Dengan data asli dari calon pelanggan, strategi bisa lebih tajam.


⚠️ 5. Tidak Ada Hubungan Logis antar Aspek

Kadang isi studi kelayakan tampak lengkap, tapi tidak nyambung antar bagian. Misalnya:

  • Target pasar A, tapi strategi distribusinya untuk pasar B
  • Kapasitas produksi tinggi, tapi dana tidak mencukupi
  • Sewa lokasi mahal, tapi proyeksi penjualan rendah

Solusi: Lakukan cross-check antarbagian. Pastikan asumsi operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM saling mendukung.


💡 Penutup

Studi kelayakan bukan dokumen hiasan. Ia adalah peta jalan bagi bisnis—yang kalau salah sejak awal, bisa menuntun ke arah kehancuran. Jika Anda melihat tanda-tanda di atas, jangan buru-buru meluncurkan proyek. Tinjau ulang, cari masukan, dan jangan ragu memakai jasa konsultan bisnis yang bisa membantu memperkuat fondasi rencana Anda.

Lebih baik terlambat dengan rencana yang matang, daripada cepat tapi jatuh tanpa persiapan.

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *