Saat akan mendirikan sebuah proyek, sebaiknya hal yang pertama harus dilakukan adalah dengan pengukuran kelayakan bisnis untuk mengetahui apakah bisnis yang Anda lakukan bisa menguntungkan atau tidak. Dengan mengukur kelayakan bisnis tersebut maka Anda akan tahu sukses tidaknya bisnis Anda. Sehingga dapat dikatakan bahwa merupakan evaluasi dari hasil akhir sebuah pada bisnis.
Untuk mengukur kelayakan bisnis Anda, bisa mengunakan 4 indikator studi kelayakan bisnis sehingga Anda bisa tahu berapa besar indikasi angka di atas kertas yang menjadi keuntungan Anda nantinya. Apa saja indikator tersebut?, berikut 4 indikator yang setidaknya bisa digunakan untuk mengukur kelayakan proyek pada bisnis Anda :
1. Profit Margin
Profit margin adalah persentase dari laba berbanding dengan omset, yang mana semakin besar profit margin maka akan semakin bagus keuntungan yang Anda terima. Tidak ada standar minimal dalam menentukan profit margin, namun biasanya berkisar antara 20%. Contoh omset yang didapatkan dari bisnis Anda adalah 1,5 milyar, kemudian ada biaya bahan baku dan biaya administrasi masing – masing 800 juta dan 200 juta. Maka laba yang Anda peroleh yaitu 500 juta, omset dikurangi biaya bahan baku dan administrasi. Sehingga profit margin proyek Anda adalah sebesar 33,3%.
Namun apabila profit margin yang didapatkan kurang dari kisaran angka di atas, maka belum tentu juga jika bisnis tersebut dianggap tidak layak. Karena ada indikator lain yang bisa digunakan untuk mengukur kelayakan bisnis Anda kelak.
2. Tingkat Pengembalian
Tingkat pengembalian atas investasi yaitu berapa uang yang dihasilkan dalam bentuk persentase atas modal yang ditanamkan dalam sebuah investasi. Misalnya untuk membangun bisnis yang beromset 1,5 milyar dalam perkiraan waktu 2,5 tahun dibutuhkan modal investasi sebesar 500 juta. Dengan laba yang diperoleh dari hasil bisnis tersebut sebesar 500 juta. Maka tingkat pengembaliannya yaitu laba dibagi modal investasi dikali 100% atau 500jt : 500jt x 100% = 100%. Jadi persentase uang yang kembali atas investasi adalah mencapai 100%.
Untuk mengetahui kelayakan bisnis maka Anda perlu melakukan perbandingan jika modal investasi ditanam pada jenis investasi lain, seperti deposito, inflasi emas, suku bunga kredit dan lain sebagainya.
3. Break Event Point
BEP atau disebut dengan titik impas merupakan suatu kondisi dimana seluruh biaya dapat ditutupi dari omset sehingga profitnya nol. Contoh jika dalam sebuah bisnis Anda menjual 6 unit mobil dengan harga masing – masing sebesar 250 juta. Lalu total biaya bahan baku dan administrasi adalah 900 juta. Maka BEP yang akan dicapai apabila omset mencapai 900 juta. Jadi apabila harga 1 unit mobil sebesar 250 juta, maka BEP akan didapatkan saat 4 unit mobil sudah terjual. Dan pada saat unit ke-5 dan 6 terjual, maka disitulah terkandung keuntungan yang Anda peroleh. Kelayakan proyek dapat diukur jika Anda sudah bisa mengejar titik impas tersebut.
4. Periode Payback
Payback periode yaitu kapan atau dalam jangka waktu berapa lama modal investasi Anda bisa kembali. Payback periode perlu diartikan ke dalam arus kas yang lebih mendetail. Contoh, untuk total biaya yang Anda keluarkan di awal yaitu sebesar 700 juta untuk estimasi lama bisnis selama 2 tahun. Lalu arus kas yang masuk dalam waktu 24 bulan tersebut menjadi 41,6 juta. Maka payback period adalah biaya dibagi kas yaitu 700jt : 41,6jt = 16,8 bulan. Artinya setelah bulan ke-17 maka bisnis Anda dapat berjalan tanpa modal. Dimana payback period akan makin cepat makan semakin bagus.
Baca Juga Jasa Pembuatan Bisnis Plan dan Jasa Sebar Kuesioner Terpercaya
Nah, demikianlah beberapa penjelasan mengenai pentingnya indikator dalam studi kelayakan bisnis. Semoga bermanfaat.