Pandemik Covid – 19 telah membuat jalannya pertumbuhan sektor properti di tahun 2020 menjadi terhenti. Sebelum terjadinya pandemik, sektor properti yang mengalami kelesuan sejak tahun 2013 dan mencapai titik terendahnya di tahun 2018, pada tahun 2019, sempat mengalami trend kenaikan, namun kemudian turun dan terhenti ketika terjadi Pandemic Covid19 di Kwartal I tahun 2020.
Namun demikian, banyak pihak yang merasa optimis bahwa sektor properti akan kembali membaik segera setelah berlalunya masa pandemic Covid19. Rasa optimisme pelaku pasar properti ini bukannya tidak beralasan, jika mempertimbangkan hal-hal yang melatar belakangi kembalinya demand, supply property dan hambatan-hambatan yang terjadi pada masa pandemik.
Dari sisi prospek permintaan pasar terhadap pembangunan mall baru, ada beberapa pertimbangan mengapa Bekasi untuk tahun depan masih menarik minat pengembang mall baru.
Pertama, kebutuhan akan shopping mall selalu disertai oleh peningkatan jumlah populasi dan disposible income masyarakatnya. Kenaikan akan kedua hal tersebut akan meningkatkan kebutuhan akan mall. Sejalan dengan kemampuan daya beli masyarakat kelas menengah di Bekasi yang sangat kuat karena didukung oleh jumlah penduduk sangat melimpah.
Kedua, pada tahun 2019 hingga 2021, Bekasi menjadi wilayah dengan pusat ritel baru yang lebih banyak dibanding wilayah lain di sekitar Jakarta. Meskipun saat ini terjadi trend perubahan di masyarakat ke arah e-commerce untuk belanja retail, namun pengembang mall baru di Bekasi telah menggeserr model mall -mall baru mereka, yang bukan lagi hanya menjadi pusat perbelanjaan, tetapi lebih ke arah lifestyle dan tempat nongkrong, terutama untuk keluarga dan kalangan millenial, sehingga berusaha menciptakan daya tarik baru terutama dengan menekankan pada food, beverage dan cinema.
Ketiga, pada tahun 2019, penyerapan tingkat hunian di seluruh sektor properti meningkat, baik rumah tinggal, perkantoran maupun apartemen. Pada tahun itu juga, supply rumah tinggal dan perkantoran di Bekasi juga meningkat. Beberapa pengembang mall baru di Bekasi seperti PT. Pakuwon Jati, PP. Properti dan Modern Mall, beralasan bahwa pembangunan mall baru di kawasan mereka adalah untuk mendukung kawasan residensial di kawasan mereka. Dengan serapan di tingkat hunian residensial di kawasan mereka pada tahun sebelumnya, maka akan menciptakan kebutuhan terhadap mall baru di kawasan residensial tersebut.
Keempat, pembangunan infrasttuktur di Jakarta yang lebih mengarah ke timur melewati Bekasi, seperti proyek jalan tol Becakayu, proyek kereta cepat Jakarta – Bandung, dan proyek elevated tol, juga dibangunnya LRT (Light Rail Train).
Pasokan Ruang Ritel di Jabodetabek 2019 – 2023 diperkirakan mencapai 1,2 juta m2. 7% dari pasokan tersebut merupakan kontribusi dari wilayah Bodetabek.
Pada Kwartal III – 2018, Ruang Ritel Jabodetabek mencapai 2,55 juta m2, ditambah dengan pembangunan 3 mall baru diakhir 2018 sebesar 146.000 m2 menjadi 2,67 juta m2 di akhir 2018. Pada tahun 2019 – 2021 direncanakan ada tambahan lagi Ruang Ritel sebesar 213.000 m3, dengan adanya tambahan 4 mal baru, membuat ruang ritel bertambah menjadi 2,9 juta m2.
75% dari total pasokan ruang retail untuk wilayah bodetabek ada di wilayah bekasi, Pada Kwartal III – 2018 Ruang Ritel di wilayah Bekasi seluas 800.000 m2. Sampai dengan tahun 2021, wilayah Bekasi diproyeksikan akan memberikan Ruang Retail sebesar 1,4 juta m2.
Sejumlah Mall yang akan dibangun di Bekasi tahun 2020 – 2021 antara lain Grand Dhika City Mall (direncanakan beroperasi tahun 2020), Plaza Indonesia Jababeka Cikarang (2020), AEON Mall Deltamas (2020), Living World Jababeka (2021), Kota Harapan Indah (2021), dan Shopping Centre at Kota Wisata (2021).
Yang menjadi hambatan pembangunan mall baru di wilayah Bekasi untuk saat ini, ada 2 faktor utama. Pertama, karena terjadinya pandemik Dalam masa pandemik, diberlakukan PSBB untuk wilayah Bekasi dan kemudian PSBB diberlakukan juga untuk seluruh wilayah Jawa Barat. Hal ini tentunya, akan sangat membatasi mobilitas dan kegiatan masyarakat di wilayah tersebut dan berimbas ke aktivitas konstruksi. Pandemik dan PSBB juga berdampak pada menurunnya ketersediaan material bangunan untuk bidang konstruksi. Timbulnya pandemik juga membuat kekhawatiran terhadap kesehatan pekerja konstruksi karena penularan infeksi virus corona. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan perlambatan pembangunan mall- mall baru yang sudah direncanakan sebelumnya, sehingga harus ditunda hingga kondisinya memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan konstruksi.
Faktor kedua, karena adanya trend belanja retail di masyarakat, yang lebih memilih e-commerce. Beberapa mall yang telah ada, mengeluhkan perubahan trend ini, karena berakibat pada turunnya omzet penjualan dan tingkat hunian mall. Namun, untuk mal-mal baru, perubahan trend ini akan ditanggapi dengan menjadikan mal sebagai bagian dari lifestyle dan ajang nongkrong kalangan milenial dan keluarga, sehingga fasilitas yang dipersiapkan oleh mal tersebut juga akan mendukung hal tersebut.