Seperti juga sektor-sektor properti yang lain, pada masa pandemik ini, kebanyakan pembeli masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembelian pada stok – stok yang sudah ada. Apalagi saat ini, investasi di sektor properti bukan menjadi prioritas. Sedangkan pengembang, memilih untuk menunda pembangunan proyek – proyek baru.
Wilayah Bodetabek masih banyak diminati oleh konsumen apartemen, karena makin tingginya harga unit apartement di Jakarta, dibanding Bodetabek, sedangkan di sisi lain sarana transportasi dan infrastruktur di Bodetbek juga semaik mumpuni untuk mendukung mobilitas dari dan ke Jakarta.
Berikut ini gambaran trend dan prpyeksi naik turunnya sektor properti di Jabodetabek dari tahun ke tahun :
Menurut Research Grapadi Consultan Indonesia, hingga tahun 2023 akan ada total pasokan apartemen di Bodetabek sebanyak 129.000 unit dan di Jakarta sebanyak 50.000 unit. Pasokan di Bodetabek masih jauh lebih besar daripada Jakarta.
Antara tahun 2015 – 2018, pasokan apartemen di Bodetabek sebanyak 13.800 unit. Tahun 2019 hingga 2022, diprediksikan akan ada pasokan baru sebanyak 32.600 unit. Yang jika dipilah berdasarkan lokasinya, 58% akan berada di wilayah Tangerang, 26% Bekasi, 10% dari wilayah Depok dan 7% di Bogor.
Pada tahun 2019, dari 20 proyek apartemen yang diluncurkan secara total mengalami penurunan suplai unit dibanding tahun 2018. Dari 17.000 unit menjadi 14.700 unit. Dari total 20 proyek apartemen yang diluncurkan tersebut, berlokasi di Bekasi sebanyak 54% danTangerang 40%. Segmennya 68% untuk menengah atas, 30% menengah bawah dan 2% untuk kelas atas. Turunnya jumlah peluncuran unit baru tersebut, diikuti juga oleh turunnya penjualan tahunan, dari 9.600 unit (2018) menjadi 9.200 unit (2019).
Sedangkan menurut hasil Riset Grapadi Consultant untuk jumlah proyek yang telah diselesaikan di Bodetabek selama tahun 2019 adalah 27 proyek yang menyediakan suplai sebanyak 25.000 unit apartemen. Tambahan stok baru ini meningkatkan jumlah total suplai menjadi 102.500 unit, yang segmentasinya terbagi untuk kelas menengah bawah 54%, menengah atas 45% dan kelas atas 1%. Dari jumlah total tersebut, 54% berlokasi di Tangerang, 24% di Bekasi, 12% di Depok dan 8% di Bogor.
Sedangkan pada Tahun 2020, trend pasokan (suplai) dan penjualan apartemen di Triwulan I 2020 benar-benar stagnan. Sebagai gambaran, di Jakarta, hanya 2 proyek apartemen segmen menengah bawah yang diluncurkan. Sebanyak 782 unit. Tingkat serapannya sebesar 84,2%. Ada kenaikan tingkat serapan untuk segmen menengah bawah karena pengaruh banjir Jakarta bulan Januari – Maret 2020.
Dari gambaran tersebut, memperkirakan tingkat serapan apartemen strata sepanjang tahun 2020 sebesar 79%. Turun 5%. Karena banyaknya proyek yang belum terselesaikan, ekonomi masih mengalami perlambatan dan belum menunjukkan kondisi membaik ditambah turunnya daya beli masyarakat selama masa pandemik.
Untuk wilayah Bekasi, meskipun suplai dan kebutuhan akan apartemen masih di bawah Tangerang, namun kebanyakan konsumennya bukannya menghilang, namun hanya menunggu saat yang tepat dan menunda pembelian. Karena investasi di sektor properti bukan lagi menjadi prioritas di saat pandemik ini. Apalagi mengingat pembangunan infrastruktur di Jakarta yang lebih mengarah ke timur melewati Bekasi, dapat menjadi pertimbangan utama naiknya sektor properti, terutama apartemen di Bekasi pasca pandemik.