Studi kelayakan merupakan suatu pekerjaan yang runtut dan sistematis. Tujuannya adalah menilai apakah suatu rencana bisnis yang ada itu layak atau tidak menurut feasibility studies. Penilaian kelayakan ini tentu memiliki alat ukur tersendiri dan hanya para pakar di bidang tersebut yang mengetahui hal ini dengan pasti.
Fungsi dari kelayakan studi ini sangatlah penting. Karena tidak hanya memberikan penilaian layak atau tidaknya suatu rencana usaha tetapi juga membantu Anda untuk mengidentifikasi berbagai peluang serta kelemahan dari rencana tersebut.
Terlebih terdapat pelayanan berbagai analisa baik itu dari keuangan, sosial, ekonomi, dan berbagai aspek lainnya. Karenanya, studi kelayakan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Karena memiliki sistem kerja yang sistematis dan saling berkaitan satu sama lain.
Beberapa Kesalahan Fatal Ketika Menyusun Studi Kelayakan
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa feasibility study tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Bahkan para pakar harus memperhatikan berbagai hal agar tidak melakukan kesalahan ketika melakukan analisa tersebut. Tidak jarang juga mereka melakukan kesalahan baik itu yang sifatnya ringan ataupun berat.
Namun, terdapat beberapa kesalahan yang dianggap sangat fatal ketika melakukan penyusunan studi kelayakan, seperti:
Kurang Teliti
Kesalahan yang biasa terjadi ketika menyusun feasibility study adalah kurangnya ketelitian. Biarpun sederhana, tetapi hal sangatlah fatal karena dapat memberikan efek yang besar pada hasil studi. Terlebih feasibility study kerat kaitannya dengan analisa dan penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh. Jadi, jika data dan informasi yang dipakai tidak digunakan dengan teliti maka hasilnya tidak akan maksimal. Dan, penilaian layak atau tidaknya suatu rencana bisnis menjadi tidak valid.
Informasi dan Data yang Dipakai Tidak Lengkap
Kesalahan fatal lainnya ketika menyusun studi kelayakan adalah kurangnya kelengkapan data serta informasi yang digunakan. Hal ini sangat fatal bagi setiap rencana bisnis serta feasibility study yang dilakukan. Karena, kurangnya data dan informasi yang mendukung membuat studi yang dilakukan menjadi sia-sia.
Karena, hasil analisa serta kesimpulan yang ditarik tidak mencerminkan yang sesungguhnya. Jadinya, keputusan layak atau tidaknya suatu rencana bisnis menjadi ambigu dan tidak didasari dengan argumen yang kuat. Jadi, jangan heran jika usaha dengan data serta informasi yang tidak lengkap akan mudah terguncang ketika bisnisnya telah dibangun pada tahun-tahun pertama.
Tidak Objektif
Sebagai pakar yang menyusun studi kelayakan haruslah bergerak layaknya seorang peneliti. Mengapa? Karena keputusan akhir akan layaknya suatu bisnis sebaiknya diukur dengan data yang tepat dan lengkap. Data tersebut juga tidak bisa diterima mentah-mentah dan harus diolah sesuai dengan kebutuhan dari setiap rencana bisnis yang dimiliki klien.
Layaknya seorang peneliti, pakar feasibility study juga harus mengindahkan masalah objektivitas. Artinya penelitian yang dilakukan harus tanpa bias, penuh perhitungan, serta hasilnya akurat berdasarkan formula dan pengukuran tertentu. Jika peneliti tidak objektif, maka hasil penelitian akan menjadi sia-sia dan hasilnya juga tidak maksimal. Kemudian, keputusan layak atau tidaknya suatu bisnis menjadi bias sehingga klien tidak memperoleh haknya dengan baik melalui penelitian yang dilakukan.
Salah Melakukan Perhitungan
Kesalahan fatal lainnya ketika menyusun feasibility study adalah salah dalam membuat perhitungan. Hal ini sangat fatal karena memberikan efek yang sangat besar pada suatu rencana bisnis. Karenanya, pastikan Anda menghitung proyeksi keuangan serta hal lainnya dengan seksama agar rencana bisnis yang dilakukan menjadi efektif dan efisien.
Nah, itulah beberapa kesalahan fatal yang terjadi saat menyusun studi kelayakan. Tentunya masih banyak lagi kesalahan-kesalahan tersebut. Akan tetapi, beberapa kesalahan tersebut sudah umum terjadi dan dengan mengetahui hal tersebut diharapkan Anda dapat menghindarinya terutama ketika menyusun feasibility study.