Ketika suatu bisnis sedang berjalan dan berkembang, seorang analis keuangan setidaknya bisa memberi gambaran mengenai kondisi financial suatu perusahaan terkait apakah prospek bisnis ke depannya bagus dan akan semakin berkembang atau bahkan mungkin prospek bisnis ke depannya akan berada di masa-masa sulit dan riskan akan kebangkrutan. Hal ini harus segera diatasi, agar dapat mencari solusi yang terbaik bagi jalannya bisnis tersebut.

Berbicara mengenai kebangkrutan maka erat kaitannya dengan kesehatan suatu perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan sendiri dapat digambarkan menjadi dua, yakni berada di titik sehat paling ekstrem atau berada di titik tidak sehat paling ekstrem.

Kesehatan perusahaan di titik sehat paling ekstrem maksudnya ialah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) dimana sifatnya hanya sementara dan belum begitu parah. Namun, walau begitu kesulitan semacam ini pun apabila tidak segera ditangani dengan benar akan berkembang menjadi kesulitan tidak solvable.

Di titik lainnya, kesehatan perusahaan berada titik tidak sehat paling ekstrem dimana posisi hutang lebih besar dibandingkan aset. Hal ini disebut juga dengan kesulitan insolvable.

Indikator kebangkrutan bisa dilihat dari cash flow perusahaan, analisis strategi perusahaan, hingga laporan keuangan perusahaan. Cakupan indikator tersebut meliputi:

  • cash flow perusahaan : analisis aliran kas untuk saat ini dan untuk masa mendatang
  • analisis strategi perusahaan : focus pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan, struktur biaya relative terhadap pesaingnya, kualitas manajemen, kemampuan manajemen mengendalikan biaya.
  • laporan keuangan perusahaan : melihat seberapa jauh penjualan bisa turun agar perusahaan masih bisa memperoleh keuntungan, biasanya diikuti dengan analisa break even point atau titik keseimbangan dan bisa turut dipakai untuk memprediksi kesulitan keuangan.

Berikut adalah variabel-variabel yang menunjukkan perbedaan perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut secara konsisten :

  1. Rate of return : perusahaan yang bangkrut mempunyai tingkat return yang rendah
  2. Hutang : perusahaan yang bangkrut memiliki hutang yang sangat tinggi
  3. Fixed payment coverage : perusahaan yang bangkrut memiliki tingkat perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil
  4. Fluktuasi return saham : perusahaan yang bangkrut berada pada fluktuasi return saham yang lebih tinggi

Analisis kebangkrutan bisa dilihat dari empat variabel di atas. Adapun alternatif perusahaan untuk memperbaiki permasalahan keuangan tersebut, seperti di bawah ini:

  • Pemecahan secara informal, dapat dilakukan hanya apabila kondisi masih belum parah. Bisa dengan melakukan perpanjangan jatuh tempo hutang-hutang atau dengan komposisi yaitu dengan mengurangi besarnya tagihan dengan menurunkan klaim hutang.
  • Pemecahan secara formal, dilakukan apabila masalah sudah sangat parah dan kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan. Bisa dilakukan dengan reorganisasi atau merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak, keputusan ini diambil jika dinilai perusahaan masih punya value lebih besar untuk diteruskan dibandingkan dengan value bila perusahaan dilikuidasi.  Bisa juga dengan melakukan likuidasi yaitu menjual aset-aset perusahaan, keputusan ini diambil jika dinilai perusahaan memiliki value yang lebih rendah jika diteruskan dibandingkan dengan value perusahaan saat dilikuidasi.

Tak ada satu orang pun yang mau mengalami kebangkrutan pada bisnis yang sedang dijalani. Oleh karena itu, analisis kebangkrutan sangat bermanfaat agar perusahaan dan pihak terkait bisa melakukan antisipasi yang diperlukan. Jika, manajemen bisa mendeteksi atau memprediksi kebangkrutan lebih awal, setidaknya bisa melakukan penghematan, misal dengan merger atau restrukturisasi keuangan agar biaya kebangkrutan bisa dihindari.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

×

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Konsultasi Sekarang !